TINDER UNTUK ORANG UTAN


Teknologi kini juga telah merasuki dunia perjodohan hewan. Ilmuwan kini mulai melirik ke teknik baru untuk dapat memahami emosi primata serta meningkatkan tingkat keberhasilan program pembiakan.

Sebuah kebun binatang di Belanda kini menawarkan "Tinder" untuk orangutan dan bonobo, spesies kera langka. Tujuannya tidak lain sebagai upaya untuk meningkatkan peluangnya untuk kawin.

Dilansir dari NOS (h/t The Guardian, 31/1/2017), orangutan dan bonobo betina di Apenheul Primate Park kini disajikan foto-foto dari orangutan dan bonobo lain melalui sebuah gawai sabak.

Kepada mereka disajikan dua foto pejantan yang bersandingan. Kemudian sang betina harus menekan tombol hitam di layar untuk memilih kandidat yang diminati. Para peneliti lalu mempelajari tanggapan para primata tersebut, dari positif atau negatif dan netral ke agresif.

Proyek percobaan selama empat tahun ini memiliki nama "Tinder for orangutans". Salah satu yang menjadi peserta adalah Samboja, orangutan betina berumur 11 tahun. Ia disajikan foto-foto dari pasangan yang dianggap sesuai, dari program pembiakan kera besar internasional, bekerja sama dengan Leiden University.

Karena bersifat internasional, maka tidak tertutup kemungkinan pasangan yang Samboja minati berasal dari belahan lain dunia. Kebun binatang tersebut juga berharap untuk meningkatkan peluang pertemuan yang sukses.

"Seringkali, hewan harus dibawa kembali ke kebun binatang tempat mereka datang tanpa terjadinya perkawinan," kata Thomas Bionda, seorang ahli perilaku biologi. "Hal tidak selalu berjalan dengan baik ketika seorang jantan dan betina pertama kali bertemu."

Hasil awal menunjukkan bahwa bonobo, memiliki reaksi emosi paling kuat untuk foto yang menunjukkan perilaku positif. Reaksinya seperti aktivitas seksual atau mencari kutu melalui bahasa tubuh.

Namun studi harus ditangguhkan untuk orangutan, setelah Samboja menghancurkan sabak yang digunakan untuk menunjukkan para calon pasangan potensial. Menurut Tech Times (1/2), setelah diberikan sabak, ia langsung mencengkeramnya hingga hancur.

Padahal, dua minggu sebelumnya sabak itu telah diperkuat menggunakan rangka baja. Daya tahannya telah berhasil diuji pada dua orangutan yang berumur lebih tua, tapi ternyata tidak mampu meredam kekuatan Samboja.

Hal ini mendorong pihak kebun binatang untuk mencari sesuatu yang dapat menahan cengkraman kuat, dan yang memungkinkan penelitian untuk dilanjutkan. Poin yang penting untuk dipikirkan, karena pengguna sabak tersebut bukanlah manusia, melainkan hewan bertenaga besar.

Teknik yang sama telah dilakukan di Jerman tahun lalu. Seperti yang diwartakan The Washington Post (31/1), saat itu orangutan betina bernama Conny dan Sinta menatap laptop MacBook melalui jendela. Penjaga kemudian memutar sekilas video dari calon pasangan.

Conny berikan reaksi melalui matanya yang membelalak dan memiringkan wajahnya. Sementara Sinta terlihat kurang tertarik dan melemparkan selembar kain ke atas kepalanya.

Lebih lanjut, Sinta ternyata memiliki rasa kepada orangutan jantan dari kebun binatang Belgia itu. Rasa tersebut juga bersambut, tapi sayang pertemuan tersebut tidak menghasilkan keturunan.

Orangutan merupakan kera besar bertangan panjang dari Asia Tenggara. Hewan primata ini berbagi kemiripan DNA hingga 97 persen dengan manusia, seperti disebutkan USA Today (26/1/2011).

Jumlah mereka di alam liar terus menyusut akibat habitat yang rusak dan masa reproduksi yang lama. Primata berbulu cokelat ini jauh memiliki keberagam secara genetik dari manusia.

Ada dua spesies orangutan, pertama adalah Sumatera (Pongo abelii) dan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Kedua jenis tinggal di hutan hujan Pulau Sumatera dan Kalimantan.
https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/peneliti-belanda-buat-quottinderquot-untuk-orangutan

----------
Komentar yang punay Pakter : "Bah bodat pun nyari jodoh lewat Tinder ya, saking susahnya dapat jodoh"
Previous
Next Post »